Jangan
menyerah! Jangan berhenti! Jangan mengeluh! Sebaliknya, tanamkan dalam diri
kita, “aku masih bisa!”. Dunia memang tak seindah mimpi (kecuali mimpi buruk
kali ya?). Tapi bukan berarti kita harus mengutuki nasib kita di dunia bila tak
sesuai keinginan dan harapan kita. Kesulitan hidup bukan untuk ditakuti, tapi
untuk dihadapi. Kehilangan keberanian untuk hadapi hidup, justru saat itulah
kita sudah kalah. Sekalah-kalahnya. Iya dong. Setiap orang yang tak berani
hadapi kenyataan hidup, sejatinya sudah kalah di ronde pertama gerbang
kehidupan. Kita lahir ke dunia ini sudah jadi pemenang dan tentunya Allah
Ta’ala sudah memberikan kita bekal yang cukup untuk jalani kehidupan di dunia.
Apa yang
bisa dibanggakan lagi dari seseorang yang sudah kehilangan motivasi dalam
hidupnya? Kehilangan harta masih bisa dicari jika motivasi alias niat untuk
mencarinya masih ada. Tapi jika sudah kehilangan motivasi dalam hidup? Maka
yang terjadi adalah bisa kehilangan semuanya. Tetaplah jaga niat dalam berbuat.
Motivasi terbesar sebagai muslim adalah menggapai ridho Allah Ta’ala. Itu
sebabnya, cara melakukannya juga wajib sesuai yang Allah Ta’ala. Proses itu
penting setelah niat dilakukan. Sebab, akan menentukan hasilnya. Jika proses
yang dijalani keliru, hasilnya juga keliru. Benar prosesnya, maka hasilnya juga
benar.
Coba kita
lihat bayi yang baru lahir. Ia hanya bisa menangis. Mungkin kaget. Sebab,
selama di dalam rahim ibunya dia merasa tenang. Tak banyak tantangan. Allah
Ta’ala siapkan tubuhnya, membuatkan ‘software’ untuk berpikir dan berperasaan,
sehingga cukup untuk jalani kehidupan di dunia di luar rahim ibunya. Begitu
seorang bayi lahir ke dunia, dimulailah babak baru kehiduan yang akan ia jalani
di dunia. Arena yang berlapis ujian, tantangan, rintangan, kesenangan,
kesedihan dan segalanya. Manusiapun harus mampu menghadapi semuanya dengan
penuh kehati-hatian, waspada, cukup ilmu, cukup tenaga, wawasan, kemampuan
mengolah pikir dan rasa, serta pandai memanfaatkan kesempatan agar bisa selamat
dari ujian tersebut dan berhasil melaluinya dengan maksimal dan menjadikannya
mulia.
Sobat, kalo
saat ini kita menghadapi berbagai macam ujian dan rintangan dalam hidup dan
dakwah, jangan menyerah. Katakan bahwa “aku masih bisa!”. Jangan kalah sama bayi.
Dulu kita juga bayi kan? Bayi yang normal dan sehat pasti akan tumbuh dan
berkembang. Tadinya belum bisa tengkurap sendiri. Ia mencobanya. Gagal. Coba
lagi. Terus begitu hingga akhirnya bisa dengan mudah tengkurap. Kemudian ia
belajar untuk balik ke posisi terlentang. Gagal. Coba lagi. Terus dan begitu
hingga berhasil. Selanjutnya, ketika ia merasa sudah bisa dua posisi itu, ia
mencoba untuk merangkak, duduk, berdiri, memanjat sesuatu yang lebih tinggi
darinya sampai dengan berjalan, itu pun dengan proses yang hampir sama, trial
and error. Tapi karena terus mencoba akhirnya berhasil dengan resiko yang
dihadapi sang bayi tadi. Aspek motorik nya dilatih sedemikian rupa hingga
akhirnya bisa berbagai keterampilan. Selain itu diajarkan juga etika atau adab.
Dari hari, pekan, bulan, dan bertahun-tahun kita jalani hidup pastinya makin
“mateng” dengan pengalaman. Makin banyak wawasan. Entah berapa ratus cerita
yang bisa direkam dan dikenang kembali. Kita menjadi orang yang sebenarnya siap
bisa menjalani kehidupan ini.
Ya, siap
menjalani kehidupan berarti berani mengambil risiko yang akan muncul dari jalan
yang kita pilih. Allah Ta’ala sudah menyiapkan bahwa kita mampu melakukannya
sesuai kapasitas kemampuan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita. Itu sebabnya,
tak ada alasan kan untuk mengeluh terus menerus? Kalo sekali atau dua kali
mengeluh nggak apa-apa. Manusiawi kok. Tapi ingat lho, jangan keterusan. Ayo
segera bangkit. Cari tahu penyebab kegagalanmu, dan temukan jalan keluar untuk
mengatasinya. Kita insya Allah terlatih untuk hadapi tantangan sesulit apapun. Bahkan
anak ngaji dan aktivis dakwah pun pasti mengalami masa-masa sulit. Kekurangan
materi, dijauhi orang terdekat karena kita dianggap berubah setelah ngaji,
orang tua bercerai, jamaah dakwah rame-rame menolak kehadiran kita, umat
menolak dakwah kita, dan seabrek masalah lainnya. Tapi yakinlah, kita masih
bisa untuk mengatasinya. Percayalah. Selama Allah Ta’ala bersama kita, dan kita
yakin Dia akan menolong, tak ada alasan untuk cemas apalagi putus asa. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS
Muhammad [47]: 7)
Sobat
LKIMedia, yang perlu kita renungkan juga adalah usia kita yang mulai beranjak
dewasa, semoga juga diiringi dengan pikiran dan perasaan sebagai orang dewasa.
Jangan sampe deh body-nya udah dewasa tapi pikirannya masih kayak bocah. Tua
itu pasti, tapi dewasa adalah pilihan. Banyak kok orang tua tapi pikiran dan
perasaannya nggak pernah dewasa. Hidupnya masih aja kayak anak-anak. Ngumbar
nafsu dan amarah tak terkendali. Sementara keimanan dan takwanya makin kendor.
Lha, kacau banget kan?
Sebagai
muslim, kita nggak hanya memikirkan kehidupan diri sendiri, lho. Kita juga
harus memikirkan orang lain. Mulai dari orang terdekat di antara kita (keluarga
dan teman), juga seluruh kaum muslimin. Apalagi kalo ingat hadist ini : Rasulullah
saw bersabda : “Siapa saja bangun di pagi
hari dan tidak memperhatikan urusan kaum Muslim, maka ia tidak termasuk
golongan ku ”(HR Al-Hakim dan Al-Khatib). Memikirkan untuk mengajak mereka
kepada kebaikan dan menegakkan kebenaran Islam. Dalam menegakkan kebenaran ini,
kita harus ekstra sabar, Bro. Allah Ta’ala menjelaskan dalam firmamNya (yang
artinya): “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS
al-Baqarah [2]: 153)
So, tetap tenang, sabar, syukur, dan terus berjuang tanpa lelah. Hadapi
risiko, jangan mengeluh dan jangan menyerah. Masih bisa kok untuk bertahan dan
mencari solusi. Asalkan tetap jaga niat, tetap istiqomah, dan maksimalkan
ikhtiarnya serta iringi dengan doa tulus berharap keridhoan Allah Ta’ala dan
kebaikan yang akan didapat agar menjadi barokah untuk semuanya. Meski ada
cobaan pahit dan rintangan berat menghalang, tetaplah melaju. Lagian kenapa sih
cobaan ini terasa begitu pahit? Ya, karena surga begitu manis!.